Senin, 09 September 2013

LAPORAN LENGKAP BESI dan NITRAT


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan berbagai masalah mulai dari masalah sosial dan ekonomi seperti masalah dalam keluarga, lingkungan tetangga atau masyarakat, masalah pengangguran, kemiskinan, kesehatan dan sebagainya. Selain itu juga masalah yang bersifat fisik yang merupakan lingkungan hidup manusia. Masalah-masalah yang berhubungan dengan lingkungan fisik saat ini antara lain adalah pencemaran lingkungan dengan segala dampak yang ditimbulkannya. pada saat ini pencemaran berlangsung dimana-mana dengan laju yang begitu cepat yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kecenderungan pencemaran akhir-akhir ini mengarahpada dua hal yaitu: (1) ke arah pembuangan senyawa-senyawa kimia tertentu yangsemakin meningkat, terutama pembakaran minyak bumi secara nyata saat ini sudahmerubah sistem alamiah pada skala global, dan (2) ke arah meningkatnya penggunaan bahan berbahaya beracun (B3) oleh berbagai kegiatan industri dengan pembuangan limbahnya ke lingkungan (Rukaesih, 2004).
Air merupakan salah satu bahan kimia di alam yang sangat penting dan sangat diperlukandalam kehidupan pada umumnya dan bagi mahluk hidup khususnya. Air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah air yang bersih dan sehat, yaitu air yangtidak mengandung bakteri bibit penyakit, bahan-bahan kimia yang beracun.Pencemaran air akan terjadi apabila kegiatan manusia telah mengubah kualitas air, baik sifat fisis, sifat kimia, dan sifat biologis. Pencemaran air ini terjadi antara lain karenaterbuangnya sampah atau hasil sampingan lainnya ke dalam laut, sungai maupun danau, atau adanya bahan-bahan beracun yang terdapat dalam tanah kemudian terbawa aliran air (Sudja, 2007).
Masalah penyediaan air bersih menjadi salah satu prioritas dalam perbaikan derajat kesehatan masyarakat, mengingat keberadaan air sangat vital bagi makhluk hidup.  Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup yang memiliki standar kualitas air berbeda antara kebutuhan satu dan lainnya tergantung pada jenis kegiatan atau keperluannya. Secara umum kualitas air berhubungan dengan kadar bahan terlarut didalamnya. Besarnya kadar dari bahan tersebut akan menentukan kelayakannya.
Seiring dengan meningkatnya kepadatan penduduk dan pesatnya pembangunan, maka kebutuhan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan juga semakin meningkat.  Menurut Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Standar Kualitas Air Bersih, yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Pada dasarnya air bersih harus memenuhi syarat kualitas yang meliputi syarat biologi, fisika, kimia, mikrobiologis, dan radioaktif.
Spesifik berbicara mengenai syarat kimia air , hal tersebut menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi air yang menyebabkan akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti halnya besi (Fe), nitrat (NO3), arsenik dan logam lainnya dapat menjadi gangguan pada tubuh.
Besi (Fe) adalah satu dari lebih unsur-unsur penting dalam air permukaan dan air tanah. Besi (Fe) merupakan salah satu mikroelemen yang dibutuhkan oleh tubuh, besi (Fe) banyak berperan dalam proses metabolisme tubuh. Namun, kelebihan kadar besi (Fe) dalam tubuh dapat mengakibatkan rusaknya organ-organ penting, seperti pankreas, otot jantung dan ginjal. Air yang mengandung besi (Fe) sangat tidak diinginkan dalam keperluan rumah tangga karena dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin dan alat-alat lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum        (Soemirat, 2009).
Nitrat (NO3) adalah  ion-ion anorganik alami yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun dipermukaan dan merupakan parameter kualitas air minum yang berhubungan dengan kimia anorganik. Pengkonsumsian air sumur dengan kadar nitrat tinggi, akan menimbulkan gangguan kesehatan seperti gondok, methamoglobinemia, dan sebagainya dimana kadar maksimum nitrat yang diperbolehkan pada air bersih maupun air minum hanya 10 mg/l (Syamsi, 2009).
Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu diadakan pemeriksaan kadar bahan kimiawi (Besi dan Nitrat) yang larut dalam air khususnya pada air galon gali yang menjadi salah satu sarana air bersih yang ada dan masih digunakan masyarakat sekarang ini.


B.     Tujuan percobaan
1.      Untuk mengetahui kadar besi (Fe) pada air galon
2.      Mengetahui Kadar Nitrat (NO3) pada air danau
C.    Prinsip percobaan
1.      Cuvet yang digunakan terlebih dahulu dicuci dengan aquades kemudian dicuci dengan air sampel.
2.      Sampel dan  reagent dihomogenkan, masing-masing untuk pemeriksaan kadar besi dan kadar nitrat dihomogenkan selama 3 menit dan nitrat selama 1 menit.
3.      Sampel yang telah dihomogenkan harus didiamkan selama 5 menit sebelum dimasukkan kedalam Spectrofotometer DR 2800.
4.      Dinding cuvet pada sisinya diusapkan tissu atau kapas terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam Spectrofotometer DR 2800.
D.    Manfaan percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui kandungan besi (Fe) dalam air galon dan nitrat (N03) dalam air danau.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum Tentang Air
Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah kecuali air laut dan air fosil. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, telaga, waduk dan muara                 (PP. No. 82 Tahun 2001).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air permandian adalah air yang digunakan pada tempat-tempat permandian bagi umum tidak termasuk untuk pengobatan tradisional dank loam renang, yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan              (Permenkes RI No. 416 Tahun 1990).
Air yang dibutuhkan manusia harus memenuhi syarat kualitas. Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara kuantitas (jumlahnya). Diperkirakan untuk kegiatan rumah tangga yang sederhana paling tidak membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari.
Sumber air yang digunakan sehari-hari harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. Air di bumi selalu mengalami siklus hidrologi sehingga dikenal 4 (empat) sumber air di bumi yaitu (Sutrisno, 2006).

1.      Air laut merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut mencapai 3 %. Dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.
2.      Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan sumber air tawar, mencakup 30 % dari total air tawar atau 10,5 juta km3. Air tanah terbentuk dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah dan akar tanaman, kemudian bertahan pada lapisan tanah membentuk lapisan yang mengandung air tanah (Akuifer). Akhir-akhir ini pemanfaatan air tanah meningkat dengan cepat, bahkan di beberapa tempat tingkat eksploitasi sudah sampai pada tingkat membahayakan. Air tanah biasanya diambil baik untuk sumber air minum dan air bersih maupun untuk irigasi.
3.      Air Atmosfer, Dalam keadaan murni, air sangat bersih oleh karena adanya pengotoran yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya maka air mengandung polutan. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama pada pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir. sehingga akan mempercepat terjadinya korosi. Air hujan juga mempunya sifat lunak.


4.      Air Permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Terdiri dari air sungai dan air danau/rawa. Pada umumnya air permukaan akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang, kayu, daun-daun, kotoran industri dan sebagainya. Beberapa pengotoran ini, masing-masing ar permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan. Jenis pengotorannya adalah merupakan fisik, kimia dan bakteriologi.
B.     Tinjauan Umum Tentang Besi Dalam Air
Besi (Fe) adalah logam berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam golongan VIII, dengan berat atom 55,85g/mol, nomor atom 26, berat jenis 7.86g/cm3 dan umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (Fe) adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan bebas, untuk mendapatkan unsur besi, campuran lain harus dipisahkan melalui penguraian kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang bukan hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk alloy (Parulian, 2009).
Kandungan Fe di bumi sekitar 6.22 %, di tanah sekitar 0.5 – 4.3%, di sungai sekitar 0.7 mg/L, di air tanah sekitar 0.1 – 10 mg/l, air laut sekitar    1 – 3 ppb, pada air minum tidak lebih dari 200 ppb. Pada air permukaan biasanya kandungan zat besi relatif rendah yakni jarang melebihi 1 mg/l sedangkan konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dan 0,01 mg/l sampai dengan  25 mg/l. Di alam biasanya banyak terdapat di dalam bijih besi hematite, magnetite, taconite, limonite, goethite, siderite dan pyrite (FeS), sedangkan di dalam air umumnya dalam bentuk terlarut sebagai senyawa garam ferri (Fe3+) atau garam ferro (Fe2+)  tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 mm) atau lebih besar seperti, Fe(OH)3 dan tergabung dengan zat organik atau zat padat yang anorganik (seperti tanah liat dan partikel halus terdispersi). Senyawa ferro dalam air yang sering dijumpai adalah FeO, FeSO4, FeSO4.7 H2O, FeCO3, Fe(OH)2, FeCl2 sedangkan senyawa ferri yang sering dijumpai yaitu FePO4, Fe2O3, FeCl3, Fe(OH)3 (Perpamsi, 2002).
Pada air yang tidak mengandung oksigen, seperti seringkali air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang cukup dapat terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+ yang sulit larut pada pH 6 sampai 8 (kelarutan hanya di bawah beberapa mg/L), bahkan dapat menjadi ferihidroksida Fe(OH)3, atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan bisa mengendap (Alaerts,2000).
Berdasarkan persyaratan kualitas air minum yang dibuat oleh Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990, kadar besi maksimum yang diperbolehkan sebesar 1.0 mg/l. Besi dapat larut pada pH rendah dan dapat menyebabkan air yang berwarna kekuningan, menimbulkan noda pada pakaian dan tempat berkembang biaknya bakteri Creonothrinx , oleh sebab itu kadar besi tidak boleh melebihi 1 mg/l, karena dapat mempercepat pertumbuhan bakteri besi tersebut dan dapat menimbulkan rasa serta bau (Sutapa, 2000).

Fe berada dalam tanah dan batuan sebagai ferioksida (Fe2O3) dan ferihidroksida (Fe(OH3)). Dalam air besi berbentuk ferobikarbonat (Fe(HCO3)), ferohidroksida(Fe(OH)2), ferosulfat (FeSO3) dan organik komplek. Air tanah megandung besi terlarut berbentuk ferro (Fe2+). Jika air tanah dipompakan keluar dan kontak dengan  udara (oksigen) maka besi (Fe2+) akan teroksidasi menjadi ferihidroksida (Fe(OH)3). Ferihidroksida dapat mengendap dan berwarna kuning kecoklatan (Sutapa, 2000).
Hal tersebut dapat menodai peralatan porselen dan cucian. Bakteri Besi (Crenothrix dan Gallionella) memanfaatkan besi ferro (Fe2+) sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya dan mengendapkan ferrihidroksida. Pertumbuhan bakteri besi yang terlalu cepat (karena adanya besi ferro) menyebabkan diameter pipa berkurang dan lama kelamaan pipa akan tersumbat. Air tanah yang mengandung (CO2) tinggi dan (O2) yang terlarut sedikit, dapat mempercepat proses pelarutan besi (dari bentuk tidak terlarut menjadi terlarut).
Sedangkan air tanah yang alkalinitasnya tinggi, biasanya memiliki konsentrasi besi rendah, karena besi teroksidasi dan mengendap pada pH tinggi. Air tanah yang mengandung besi dan organik yang tinggi akan membentuk ikatan kompleks yang sulit mengendap dengan aerasi. Kandungan besi yang tinggi merugikan, karena dapat menyebabkan air teh menjadi hitam, sayuran yang direbus berwarna gelap, menimbulkan rasa besi/logam, astringent atau obat, dan merugikan jika dipakai dalam produksi       (Syahreza, 2006).
C.    Tinjauan Umum Tentang Nitrat Dalam Air
Nitrat (NO3) adalah ion–ion anorganik alami yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Di alam, nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti amonia, nitrit dan nitrat. Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari amonia melalui proses oksidasi katalitik. Nitrit juga merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Nitrat dan nitrit adalah komponen yang mengandung nitrogen berikatan dengan atom oksigen (Henni, 2009).
Kadar nitrat dalam mata air tergantung aktivitas sumber pencemar di bagian hulu, aktivitas penggunaan air sumur itu sendiri, dan tingkat pencucian serta aliran permukaan. Selain itu, kadar nitrat tersebut juga tergantung potensial redok (Eh). Apabila nilai Eh turun (reduktif), nitrat akan cepat hilang menjadi gas N2O dan atau N2 melalui proses denitrifikasi. Pada kondisi reduktif, N-amonium lebih dominan dari pada N-nitrat, namun sebaliknya dalam kondisi oksidatif N-amonium bisa berubah menjadi N-nitrat melalui proses nitrifikasi. Dengan demikian maka pencucian N dalam sistem yang reduktif akan menghasilkan NH4+, sedangkan dalam sistem yang oksidatif akan menghasilkan NO3-.
Nitrat (NO3-) merupakan anion yang penting. Nitrat dengan konsentrasi tinggi merupakan  indikasi adanya sumber polutan dalam air tanah. Kandungan nitrat umumnya kurang dari 10 mg/l untuk air tanah dengan komposisi biasa (Todd, 1980). Tingginya konsentrasi nitrat (NO3-) dalam air tanah dapat di sebabkan karena adanya aktivitas mikroba nitrat. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Air hujan memiliki kadar nitrat sekitar 0,2 mg/l. Pada perairan yang menerima limpasan air dari daerah pertanian yang banyak mengandung pupuk, kadar nitrat dapat mencapai 1.000 mg/l (Yuningsih, 2007).
Sumber pencemaran nitrat dalam air umumnya berasal dari limbah industri, septic tank, limbah hewan (misalnya burung dan ikan), dan limbah dari angkutan air (perahu, kapal, dan lain-lain). Selain itu limbah dari lahan-lahan pertanian akibat aktivitas pemupukan, penggunaan pestisida, dan lain-lain memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap polusi nitrat dalam air permukaan dan air tanah (Yuningsih, 2007).
D.    Tinjauan Metode Atomic Absorbiton Spectrofotometer (AAS)
 Atomic absorption spectrophotometer (AAS) merupakan salah satu teknik analisis untuk mengukur jumlah unsur berdasarkan jumlah energi cahaya yang diserap oleh unsur tersebut dari sumber cahaya yang dipancarkan (Arifin, 2008). atomic absorption spectrophotometer merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengukur kandungan logam dan metalloid. Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Instrumen ini dapat mendeteksi hingga satuan ppm. Khusus untuk logam-logam yang mudah menguap (mempunyai titik didih yang lebih rendah) sulit dianalisa dengan AAS (Cahyady, 2009).

Prinsip kerja alat ini berdasarkan penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (hallow cathode lamp) yang mengandung unsur yang akan dianalisis. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu (Arifin, 2008).
Komponen-komponen penting yang terdapat pada AAS adalah sumber radiasi untuk memancarkan spektrum atom dari unsur yang ditentukan, nyala untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, sistem pembakar-pengabut yang mengubah larutan uji menjadi atom-atom dalam bentuk gas, monokromator berfungsi memisahkan garis resonansi dari semua garis yang tak diserap yang dipancarkan oleh sumber radiasi, detektor untuk mengubah intensitas radiasi yang dating menjadi arus listrik, dan read out merupakan sistem pencatat hasil (Cahyady, 2009).
Gangguan pada AAS secara luas dikelompokkan menjadi gangguan spektral dan gangguan kimia. Gangguan spektral disebabkan terjadinya tumpang tindih absorbsi antara apesies pengganggu dengan yang diukur. Adanya hasil pembakaran pada nyala dapat menyebabkan gangguan spektral. Gangguan kimia dapat berupa pembentukan senyawa volatilitas rendah, dan kesetimbangan disosiasi ionik dalam nyala. Biasanya anion membentuk senyawa dengan volatilitas rendah dan menurunkan laju atomisasi. Pembentukan senyawa yang stabil menyebabkan tidak sempurnanya disosiasi zat yang akan dianalisa. Gangguan tersebut dapat dieliminasi dengan meningkatkan temperatur nyala, pemakaian reagensia pelepas, dan ekstraksi analit unsur-unsur pengganggu (Cahyady, 2009).




















BAB III
METODE PERCOBAAN
A.    Alat   
1.   Spechtrophotometer DR 2800                                      1 unit
2.   Cuvet                                                                            2 Buah
3.   Pipet Ukur                                                                    1 Buah
4.   Bulp                                                                              1 Buah
5.   Rak Tabung Reaksi                                                      1 Buah
6.   Vortex Mixer                                                                 1 Unit
7.   Gelas Ukur                                                                   1 Buah
B.     Bahan
1.   Sampel Air danau                                                         300 ml
2.   Sampel Air Galon                                                         300 ml
3.   Nitro Ver 5 Nitrate Reagent Powder Pillow                 1 bungkus
4.   Ferro Ver Iron (Reagent Powder Pillow)                     1 bungkus
5.   Aquades                                                                        secukupnya  
6.   Tissue                                                                            secukupnya
7.   Kertas label                                                                   secukupnya
C.    Waktu dan Tempat Pemeriksaan Sampel
Waktu Pengambilan sampel pada tanggal 26 Agustus 2013 di Jalan Andi Tonro 5 Perumahan Pondok Indah blok A3 No.29, sedangkan pemeriksaan sampel air Galon pada tanggal 27 Agustus 2013 pukul 14.00 WITA di Laboratorium Terpadu Indonesia Timur Kesehatan Masyarakat UNHAS Makassar.
D.    Prosedur kerja
1.   Cara Pengambilan Sampel
a.       Disiapkan botol sampel.
b.      Sebelum air sampel dimasukkan, botol dicuci dengan air sampel tersebut untuk menghindari adanya partikel didalam botol.
c.       Air sampel diambil dengan menggunakan timba pada kedalaman 20 cm dari permukaan air, lalu dimasukkan kedalam botol sampel.
2.   Pemeriksaan Sampel
a.       Pemeriksaan Kadar Besi (Fe)
1)      Siapkan cuvet sebanyak 2 buah untuk sampel air dan blanko.
2)      Masing-masing cuvet dibilas dengan aquades kemudian dibilas kembali dengan air sampel. Cuvet yang telah dibilas, masing-masing  diisi dengan sampel air galon. Tujuan cuvet tersebut dibilas kembali dengan air sampel adalah untuk menghomogenkan. Untuk cuvet sampel air, diisi sebanyak 10 ml sedangkan untuk cuvet blanko diisi sampai penuh (tidak ada ruang udara).
3)      Selanjutnya, ditambahkan 1 bungkus Ferro Ver Iron (Reagent Powder Pillow) pada Cuvet sampel. Kemudian, botol cuvet dihomogenkan menggunakan vortex mixer selama 3 menit. Tujuan botol cuvet tersebut dihomogenkan selama 3 menit karena besi (Fe) susah  larut dalam air. Kemudian didiamkan selama 5 menit.
4)      Kemudian Spectrofotometer  DR 2800 dinyalakan. Pilih menu Stored Program -metode pemeriksaan 265 Iron Ferro Ver.
5)      Selanjutnya, cuvet blanko dimasukkan kedalam spectrophotometer DR 2800. Untuk men-zerokan dan akan muncul angka nol. Tujuan adanya sampel blanko tersebut untuk mengetahui ada tidaknya senyawa lain didalamnya.
6)      Cuvet yang berisi sampel blanko dikeluarkan dan dimasukkan cuvet yang berisi sampel air sebanyak 10 ml. Selanjutnya, tekan tombol read dan alat akan membaca hasilnya.
7)      Selanjutnya, tunggu beberapa menit sampai hasil pemeriksaan muncul pada spectrophtometer DR 2800. Kemudian, catat hasilnya.
b.      Pemeriksaan Kadar Nitrat (NO3)
1)      Siapkan cuvet sebanyak 2 buah untuk sampel air dan blanko.
2)      Masing-masing cuvet dibilas dengan aquades kemudian dibilas kembali dengan air sampel. Cuvet yang telah dibilas, masing-masing  diisi dengan sampel air danau. Untuk cuvet sampel air, diisi sebanyak 10 ml sedangkan untuk cuvet blanko diisi sampai penuh (tidak ada ruang udara).
3)      Ditambahkan 1 bungkus Nitro Ver 5 Nitrate Reagent Powder Pillow kedalam cuvet sampel.
4)      Kemudian dihomogenkan menggunakan vortex mixer selama 1 menit. Setelah dihomogenkan, sampel didiamkan selama 5 menit selanjutnya  Spectrophotometer DR 2800 dinyalakan. Kemudian, dipilih program Nitrat 353, selanjutnya tombol start ditekan.
5)      Cuvet yang berisi sampel blanko dimasukkan kedalam spectrophotometer DR 2800. Untuk men-zerokan dan akan muncul angka nol.
6)      Cuvet blanko dikeluarkan dan dimasukkan cuvet yang berisi sampel sebanyak 10 ml. Selanjutnya,  tekan tombol “Read” dan alat akan membaca hasilnya.
7)      Selanjutnya, tunggu beberapa menit sampai hasil pemeriksaan muncul pada spectrofotometer DR 2800. Kemudian, catat hasilnya.













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di Laboratorium Terpadu FKM UNHAS, hasil pengamatan kadar Besi (Fe) dan kadar  Nitrat (NO3)  yang terdapat pada sampel air galon dan danau
Tabel  1
Hasil Pengukuran Kadar Besi (Fe) dan Nitrat NO3
Pada Air Galon dan air Danau
No
Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
1
Besi (Fe) pada air Galon
0,02 mg/l
2
Nitrat (NO3) pada air Danau
0,4 mg/l
   ( Sumber, Data Primer 2013)
B.     Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan kadar besi (Fe) dan nitrat (NO3) pada air Galon Jalan Andi Tonro 5 Perumahan Pondok Indah blok A3 No.29 dengan menggunakan Spectrophotometer DR 2800 didapatkan bahwa kadar besi (Fe) pada sampel air galon  adalah 0,02 mg/l dan kadar nitrat (NO3) sebesar 0,4 mg/l. Sedangkan pada cuvet blanko pada pemeriksaan menggunakan Spectrophotometer DR 2800, didapatkan hasil 0,0 mg/l. Hal tersebut menandakan bahwa pada cuvet blanko tidak mengandung senyawa lain di dalamnya. Selain itu, untuk memastikan bahwa tidak terjadinya kontaminan pada cuvet blanko maka pada saat percobaan, cuvet dibersihkan dengan tissu.
Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas, kadar besi (Fe) dan nitrat (NO3) pada air sumur gali  tersebut, masih berada pada kategori rendah atau dibawah standar baku mutu kandungan besi dan nitrat pada air bersih yang ditetapkan Permenkes No.416/ MENKES/ PER/ IX/1990 yaitu kadar maksimum untuk besi (Fe) adalah 1,0 mg/l dan nitrat (NO3) adalah 10 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kadar besi (Fe) maupun nitrat (NO3) yang ada pada air galon di BTN Bukit Antang Indah masih memenuhi syarat.
Perlu diketahui bahwa Nitrat (NO3) merupakan anion yang penting. Nitrat dengan konsentrasi tinggi merupakan  indikasi adanya sumber polutan dalam air tanah. Dari hasil pemeriksaan yang didapatkan bahwa kadar nitrat (NO3) pada air galon adalah 0,3 mg/l yang berarti bahwa air galon belum tercemar oleh polutan.
Pada pemeriksaan kadar besi didapatkan hasil 0,12 mg/l, air memberikan indikasi bahwa air galon tersebut mengandung besi terlarut berbentuk ferro meskipun masih berada pada kadar yang diperbolehkan. Akan tetapi, jika berada pada kadar yang melebihi standar maka air sumur yang dipompakan keluar dan kontak dengan  udara (oksigen) maka besi (akan teroksidasi menjadi ferihidroksida (Fe(OH)3). Ferihidroksida dapat mengendap dan berwarna kuning kecoklatan. Hal tersebut dapat menodai peralatan porselen dan cucian. Dan mempercepat pertumbuhan bakteri besi (karena adanya besi ferro) menyebabkan diameter pipa berkurang dan lama kelamaan pipa akan tersumbat.
Dampak kesehatan yang ditimbulkan apabila senyawa nitrat dengan jumlah yang besar dalam air adalah menyebabkan methaemoglobinameia, yakni kondisi dimana hemoglobin di dalam darah berubah menjadi methaemoglobin sehingga darah kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan pengaruh yang fatal terutama pada ibu yang hamil maka akan melahirkan bayi dengan penyakit Baby Blue serta mengakibatkan kematian pada bayi sedangkan efek jangka panjang adalah sesak napas.
Begitupun dengan kadar besi berlebih pada air dapat menyebabkan dampak kesehatan. Berdasarkan Keputusan mentri kesehatan RI nomor 492/MenKes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum yakni kandungan maksimum besi yang diperbolehkan hanya 1,0 mg/liter. Sementara sebagian daerah di Indonesia ada yang melebihi 1,0 mg/liter, ini artinya air tersebut dapat membahayakan bagi kesehatan. Dampak yang ditimbulkan dari konsumsi besi yang berlebihan tidaklah seketika, tetapi dapat dirasakan sekian tahun ke depan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa, kadar besi di dalam air yang melebihi ambang batas disinyalir dapat menyebabkan terjadinya penyakit ginjal, serta dapat mengendap di dalam hati, sehingga hati menjadi keras.





BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan kadar besi (Fe) dan nitrat (NO3) pada air Galon Jalan Andi Tonro 5 Perumahan Pondok Indah blok A3 No.29, diperoleh hasil sebagai berikut:
1.      Hasil pemeriksaan kadar besi (Fe) pada sampel air galon adalah 0,02 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kadar besi (Fe) pada air galon Jalan Andi Tonro 5 Perumahan Pondok Indah blok A3 No.29 Indah masih memenuhi syarat atau diperbolehkan sesuai Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 bahwa kadar besi maksimum adalah 1,0 mg/l.
2.      Hasil pemeriksaan kadar nitrat (NO3) pada sampel air danau adalah 0,4  mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa air danau tidak mengandung nitrat (NO3).
B.     Saran
1.        Untuk Laboratorium: Sebagai Laboratorium terpadu kawasan Indonesia Timur fasilitas yang ada sudah sangat memadai akan tetapi ruangan yang disediakan sangatlah terbatas sehingga ruang gerak pratikan sangat tidak leluasa.
2.        Untuk Asisten Laboratorium: Agar menciptakan kondisi yang nyaman selama pratikum sehingga apa yang dipraktikkan dapat dipahami dan dimengerti dengan baik oleh praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Andi Yogyakarta : Yogyakarta. (Online) http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-pitaedikri-6253-4-daftarp-a.pdf Diakses tanggal 29 Agustus 2013.

Arifin, 2008. Logam Besi. Diakses tanggal 12 April 2011. (Online) http://www.mailarchive.com/palanta@minang.rantaunet.org/msg15305.html.  Diakses tanggal 29 Agustus 2013.

Cahyady, 2009. Kenali Logam dalam Tubuh Anda. (Online) http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/311-logam-dalam-tubuh.html. Diakses tanggal 29 Agustus 2013.

Departemen Kesehatan RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MenKes/Per/IX/1990. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

Henni. 2009. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta. (Online)http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33124/2/Reference.pdf Diakses tanggal 29 Agustus 2013.

PERMENKES NO.416/MENKES/PER/IX/1990, Tentang Standar Kualitas Air Bersih, Diakses tanggal 29 Agustus 2013.

Sutrisno, Totok, dkk, 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta Palurian. 2009. Fotokatalis pada permukaan TiO2. www. Google.com (Online) http://kimiadotcom.wordpress.com/2008/08/22/ammonium-nitrat/try.org/ Diakses tanggal 29 Agustus 2013.

Syamsi, 2009. Kandungan Nitrat/ NO3 dan Nitrit/NO2 Pada Perairan Tawar. (Online) (http://illonkjie.blogspot.com/2010/04/kandungan-Nitrat-no3-dan-Nitritno2-pada. Diakses tanggal 29 Agustus 2013.

Yuningsih, 2007, “Keracunan Nitrat-Nitrit Pada Ternak Ruminansia Dan Upaya Pencegahannya”, Balai Besar Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata No.30, Bogor. (Online) http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-10924-Bibliography.pdf Diakses tanggal 29 Agustus 2013.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar