Sabtu, 07 September 2013

LAPORAN LENGKAP BAKTERIOLOGIS

LAPORAN LENGKAP BAKTERIOLOGI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Air merupakan materi yang sangat penting dalam kehidupan, baik tanaman, hewan maupun manusia. Kehidupan manusia tentu tidak terlepas dari kebutuhan akan air bersih terutama air minum. Selama ini kebutuhan akan air dipenuhi dari berbagai sumber antara lain air tanah, air sungai, air hujan, air pegunungan dan air laut yang diolah sedemikian rupa dan ditawarkan sebagai bahan baku air. Kebutuhan akan air semakin lama semakin meningkat sesuai dengan keperluan dan taraf kehidupan penduduk. Masalah utama yang harus dihadapi dalam pengolahan air adalah semakin tingginya tingkat pencemaran air, baik pencemaran yang berasal dari air limbah rumah tangga maupun limbah industri, sehingga upaya-upaya baru terus dilakukan untuk mendapatkan sumber air, khususnya untuk pemenuhan akan air minum yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan (Radji dkk, 2008).
Standar air minum di Indonesia mengikuti standar WHO yang dalam beberapa hal disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Pada tahun 2002, Departemen Kesehatan RI telah menetapkan kriteria kualitas air secara mikrobiologis, melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002 bahwa air minum tidak diperbolehkan mengandung bakteri coliform dan Escherichia coli. Sedangkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3553-2006, air minum dalam kemasan selain tidak boleh mengandung bakteri pathogen yaitu Salmonella dan Pseudomonas aeruginosa, juga tidak boleh mengandung cemaran mikroba lebih besar dari 100 koloni/ml. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan air minum adalah produksi air minum isi ulang yang pada saat ini telah berkembang pesat di seluruh daerah di Indonesia, utamanya di perkotaan seiring dengan pertumbuhan industri air dalam kemasan. Usaha ini ditempuh untuk memberikan pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan air minum yang baik ditengah-tengah semakin mahalnya harga air minum dalam kemasan             (Radji dkk, 2008).
Sebagai air minum, air minum isi ulang harus memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan. Hampir di setiap jalan terdapat depo yang menjual air minum isi ulang. Namun kualitas air minum isi ulang masih diragukan karena diduga dapat terkontaminasi mikroba pathogen jika penanganan dan pengolahannya kurang baik. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dalam kemasan termasuk air minum isi ulang harus dilakukan pemeriksaan cemaran bakterinya secara berkala. Dalam lampiran Kepmenkes No. 907 tahun 2002 ditetapkan bahwa pemeriksaan kualitas bakteriologi air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang disebutkan bahwa pemeriksaan bakteriologis air baku untuk air minum harus dilakukan setiap 3 bulan sekali sedangkan untuk air minum yang siap dimasukkan ke dalam kemasan minimal 1 kali setiap bulan (Radji dkk, 2008).
 Depo air minum isi ulang ini merupakan usaha yang berkembangpesat sejak tahun 2002, dengan harga yang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan harga air minum dalam kemasan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran akan kualitas air minum isi ulang yang sampelnya diambil dari depo air minum isi ulang di kelurahan Lenteng Agung dan kelurahan Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Diharapkan dari hasil penelitan ini dapat memberikan manfaat baik bagi Dinas Kesehatan setempat untuk melakukan pengawasan secara berkala terhadap kualitas air minum isi ulang, maupun bagi masyarakat sebagai konsumen air minum isi ulang dan para pemilik depo air minum isi ulang agar dapat melakukan pemeliharaan dan perbaikan secara terus menerus dalam penanganan dan pengolahan air minum isi ulang secara baik, sehingga terhindar dari pencemaran mikroba sebagai upaya untuk melindungi kesehatan masyarakat (Radji dkk, 2008).
B.     Tujuan Percobaan
1.      Untuk mengetahui adanya bakteri Esherichia coli  pada sampel air Galon.
2.      Mengetahui cara pemeriksaan bakteri Esherichia coli  pada media agar EMBA sampel air Galon.
C.    Prinsip Percobaan :
1.    Meja dan tangan praktikan harus dalam keadaan streril
2.    Percobaan dilakukan harus didekat pembakaran bunsen
3.    Metode yang digunakan adalah metode EMBA
4.    Semua alat praktikum harus dalam keadaan steril sebelum digunakan
5.    Homogenkan media agar dengan cara membentuk angka 8 sebanyak 10 kali secara hati–hati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum Tentang Air
1.      Pengertian dan Standard Kualitas Air Bersih
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air“, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah:
a.       Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat group, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia coli.
b.      Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi, seperti warna air dan bau.
c.       Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai macam logam  berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium dapat menjadi gangguan pada faal tubuh dan berubah menjadi racun.
d.      Persyaratan Radioaktif
Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir.
2.      Pengaruh Air Terhadap Kesehatan
Menurut Soemirat (2002), secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.
a.       Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat pendayagunaan air yang dapat meningkatkan atau pun menurunkan kesejahteraan masyarakat. Misalnya, air yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, untuk industri, untuk irigasi, perikanan, pertanian, dan rekreasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya pengotoran air dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat.
b.      Pengaruh Langsung
Air minum atau air konsumsi penduduk dapat menyebabkan penyakit seperti :
1)      Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50 -70 % dari seluruh berat badan. Air terdapat di seluruh badan, di tulang terdapat air sebanyak 22 % berat tulang, di darah dan ginjal sebanyak 83 %. Kehilangan air untuk 15 % dari berat badan dapat mengakibatkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu minum minimum 1,5 – 2 liter air sehari. Kekurangan air ini menyebabkan banyaknya didapat penyakit batu ginjal dan kandung kemih di daerah tropis seperti Indonesia, karena terjadinya kristalisasi unsur –unsur yang ada di dalam cairan tubuh. (Soemirat, 2002).
2)      Penyebab Penyakit Menular, Air yang telah tercemar oleh bakteri penyebab berbagai penyakit, dapat menularkan kepada manusia atau hewan melalui empat mekanisme:
a)      Water Borne Disease
Mekanisme penyebaran penyakit dimana pathogen penyebab penyakit berada dalam air yang telah tercemar dan dapat menyebabkan penyakit infeksi bila terminum oleh manusia atau hewan. Hal ini karena air tersebut mengandung kuman pathogen. Diantara penyakit- penyakit yang disebarkan dengan mekanisme ini adalah penyakit kolera, tifoid, hepatitis A, disentri, poliomyelitis, dan diare.
Menurut Slamet (2002) penyakit yang disebabkan oleh pathogen penyebab penyakit berada dalam air yang telah tercemar adalah : Penyakit kolera disebabkan oleh Vibrio cholera. Kolera adalah penyakit usus halus yang akut dan berat, sering mewabah yang mengakibatkan kematian. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps dapat terjadi dengan cepat. Sedangkan gejala kolera yang khas adalah tinja yang menyerupai air cucian beras, tetapi sangat jarang ditemui.
Tifoid merupakan penyakit yang menyerang usus halus, penyebabnya adalah Salmonella typhi. Gejala utama adalah panas yang terus menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi rata-rata dua minggu. Penularan dapat terjadi dari orang ke orang, atau tidak langsung lewat makanan, minuman yang terkontaminasi bakteri.
Hepatitis A dikenal juga sebagai Hepatitis infectiosa, disebabkan oleh Virus hepatitis A. Gejala utama adalah demam yang akut, dengan perasaan mual dan muntah, hati membengkak, dan sclera mata menjadi kuning, diikuti oleh icterius seluruh kulit. Penyakit ini dapat menyebar secara langsung dari orang ke orang, secara tak langsung lewat air, makanan yang terkontaminasi virus, dan lewat udara.
Poliomyelitis, Penyakit ini seringkali disebut “Polio” saja ataupun dikenal sebagai kelumpuhan anak- anak. Polio disebabkan oleh virus. Polio meninggalkan cacat, menyebar lewat lingkungan air yang tidak saniter. Gejala polio sangat bervariasi, dapat sangat ringan, menyerupai penyakit influenza, sampai keadaan kelumpuhan ringan, parah, dan kematian.
Diare, Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua. Menurut USAID yang menjadi penyebab diare adalah: Infeksi dari berbagai bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun air minum, Infeksi berbagai macam virus, Alergi makanan, khususnya susu atau laktosa (makanan yang mengandung susu), Parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang kotor.
b)      Water Washed Disease
Mekanisme penyebaran penyakit bila suatu penyakit infeksi dapat dicegah dengan memperbanyak volume pemakaian air serta memperbaiki hygiene perorangan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit- penyakit tertentu dapat dikurangi penularannya pada manusia, dan penyakit ini banyak terjadi di daerah tropis. Contoh penyakit yang disebabkan adalah penyakit infeksi saluran pencernaan, penyakit infeksi kulit dan selaput lendir, penyakit yang ditimbulkan oleh insekta pada kulit dan selaput lendir.
c)      Water Based Disease
Cara penyebaran penyakit ini terjadi bila sebagian siklus hidup penyebab penyakit memerlukan hospes perantara seperti siput air. Infeksi pada manusia dapat dicegah dengan menurunkan keinginan dengan kontak dengan air, mengontrol populasi siput air, dan memperbaiki kualitas air. Contoh penyakit yang disebabkan adalah Schistomiasis. Dimana larva schistosoma hidup dalam keong - keong air. Setelah waktunya larva ini mengubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada dalam air tersebut.
d)      Insect Vector Disease
Cara penyebaran berkaitan dengan serangga sebagai vektor penyebaran pathogen penyebab penyakit yang hidup di air. Strategi pencegahan penyebaran penyakit dapat melalui perbaikan pengelolaan air permukaan, menghilangkan tempat- tempat perkembangbiakan serangga yang menjadi vektor penyebaran penyakit infeksi. Contoh- contoh penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya bergantung pada air misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, Yellow fever, dan lain sebagainya.
3.      Kualitas Air Baku dan Air Bersih
Masalah air baku untuk industri air bersih menjadi sangat penting. Kualitas air bersih yang dipengaruhi kualitas air baku tersebut akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya       (Amsyari, 1996).
Kualitas air bersih sangat erat kaitannya dengan kualitas air bakunya. Umumnya air baku dari air sumber (air tanah) kualitasnya sudah cukup baik sehingga tidak sulit menjadikannya air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan. Pada sisi lain air bersih dalam jumlah banyak harus mengambil dari sumber air yang besar pula. Ini sering terjadi di kota besar dan akhirnya memilih air sungai yang ada di dekatnya sebagai sumber air baku. Kualitas air sungai sebagai air permukaan jelas berbeda dengan air sumber dan air tanah dalam sehingga perlu proses yang lebih banyak. Pada awalnya proses itu pun tidak begitu berat karena air sungai hanya terkait dengan limbah rumah tangga yang jumlahnya pun terbatas sehingga proses penjernihannya pun relatif sederhana (Amsyari, 1996).
Dengan perkembangan industri masalah air baku tidak hanya karena pencemaran dari limbah domestik, akan tetapi juga dari limbah industri yang pekat dengan macam bahan kimiawi yang luas. Bahan beracun dan berbahaya jelas tidak banyak dikeluarkan oleh limbah rumah tangga. Bahan seperti itu umumnya dari industri yang melibatkan banyak reaksi kimia, seperti industri kertas, cat dan lainnya. Jelas proses pengolahan air bersih yang akan dilakukan akan lebih kompleks (Amsyari, 1996).
B.     Tinjauan Umum Tentang Air Galon / Air Isi Ulang
Bagi manusia, air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Standar air minum yaitu suatu peraturan yang member petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minum agar tujuan penyediaan air bersih dapat tercapai. Standar demikian akan berlainan dari Negara ke Negara , tergantung pada keadaan sosio-kultural termasuk kemajuan teknologi suatu Negara.
Penyediaa Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standar, maka seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar air minum.
Tergantung kualitas air bakunya, pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks. Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak diperlukan pengolahan samasekali. Apabila hanya ada kontaminan kuman, maka disinfeksi saja sudah cukup. Dan apabila air baku semakin jelek kualitasnya, maka pengolahan harus lengkap ( Slamet, 1994).
Diperlukan empat persyaratan pokok air minum :
1.       Persyaratan biologis, berarti air minum itu tidak boleh mengandung mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia.
2.       Persyaratan fisik, kondisi fisik air minum terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, dan bau. Aspek fisik ini sesungguhnya selain penting untuk kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman juga penting untuk menjadi indicator tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi.
3.       Persyaratan kimiawi menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi air yang member akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses biokimiawi tubuh.
4.       Persyaratan radiologis sering juga dimasukkan sebagai persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir.
Keempat persyaratan air minum diatas sebenarnya yang paling mudah diatasi adalah masalah pencemaran bilogisnya karena umumnya mikroorganisme akan mati bila air dididihkan. Oleh karena itu, walau air sedikit tercemari kuman, virus, jamur, dan parasit, namun dengan merebus sampai mendidih dahulu, didinginkan dan diendapkan kemudian diminum sering sudah mengatasi masalah gangguan oleh pencemaran biologis itu (Amsyari, 1996).
Pengolahan air yaitu suatu usaha menjernihkan air dan meningkatkan mutu air agar dapat diminum. Proses pengolahan air meliputi empat tahap yaitu :
1.      Proses purifikasi ( penjernihan) air
2.      Proses desinfeksi (meniadakan kuman penyakit), merupakan suatu proses/usaha agar kuman pathogen yang berada didalam air dipunahkan.
3.      Proses pengaturan pH air, pH air normal berkisar 6,5-9,2. Apabila pH kurang dari 6,5 atau lebig besar dari 9,2 akan mengakibatkan pipa air yang terbuat dari logam mengalami korosif sehingga pada akhirnya air tersebut akan menjadi racun bagi tubuh manusia. Kalau pH berkisar antara 6,0-8,0 merupakan keadaan yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroba.
4.      Proses pengaturan mineral air ( Gabriel,J.F.2001).


C.    Tinjauan Umum Tentang Mikrobiologi Pada Air
Mikroorganisme yang terdapat di dalam air berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan organik lainnya, dan sebagainya. Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup di dalam air, atau tidak tahan lama hidup dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok. (Fardiaz, 1992).
Jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air bervariasi tergantung dari berbagai faktor. Faktor- faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Sumber Air
Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air tersebut, misalnya air permukaan (danau, sungai), air tanah (sumur, mata air), air tergenang, air laut, dan sebagainya. Misalnya pada air laut yng ditumbuhi ganggang memungkinkan pertumbuhan bakteri fotosintetik sulfur hijau dan ungu, bakteri yang hanya dapat tumbuh pada medium air laut seperti Thiothirx, Beggiatoa, Thiovalum dan Thiobacillus.
2.      Komponen Nutrien Dalam Air
Air, terutama air buangan sering mengandung komponen- komponen yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Mikroorganisme yang bersifat saprofit organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah tanaman dan bangkai hewan. Semua air secara alamiah juga mengandung mineral- mineral yang cukup untuk kehidupan mikroorganisme di dalam air.
3.      Komponen Beracun
Komponen beracun yang terdapat di dalam air mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air tersebut. Sebagai contoh, air laut mengandung garam dengan konsentrasi yang terlalu tinggi untuk kehidupan kebanyakan spesies mikroorganisme. Hidrogen sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk dari sampah- sampah organik bersifat racun terhadap ganggang dan mikroorganisme lainnya, tetapi sebaliknya H2S dapat digunakan oleh bakteri fotosintetik sebagai donor electron/ hydrogen untuk mereduksi karbondioksida.
4.      Organisme Air
Adanya organisme lain di dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme. Sebagai contoh, plankton merupakan organisme yang makan bakteri, ganggang dan plankton lainnya, sehingga adanya plankton dapat mengurangi jumlah organisme-organisme tersebut. Adanya protozoa dan bakteriophage mengurangi jumlah bakteri di dalam air karena kedua organisme tersebut dapat membunuh bakteri.
5.      Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik yang berpengaruh terhadap jumlah dan jenis mikroorganisme adalah suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan penetrasi sinar matahari. Sebagai contoh, mikroorganisme yang dapat hidup di dalam air laut adalah yang tahan terhadap tekanan osmotik tinggi.
6.      Komponen polutan.
Air yang mengandung polutan yang berasal dari tanaman dan bangkai hewan mengandung bakteri koliform, sedangkan air yang mengandung sampah organik akan menyebabkan pertumbuhan bakteri anaerob seperti Clostridium dan Disulfovibrio.
a.       Bakteri Indikator Polusi
Bakteri indikator polusi atau indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan, karena organisme tersebut merupakan organisme komensal yang terdapat di dalam saluran pencernaan manusia atau hewan.
Syarat- syarat bakteri indikator tersebut mungkin tidak selalu dapat dipenuhi karena bakteri indikator mungkin berbeda dalam hal toleransi terhadap suhu, tingkat khlorinasi, dan terhadap konsentrasi garam. Bakteri indikator tersebut adalah :
1)      Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga koliform fekal.
2)      Streptococcus Fecal adalah suatu bakteri yang bersifat gram positif, berbentuk bulat memanjang yang disebut juga kokobasili. Streptococcus fecal dapat dibedakan dari Streptococcus lainnya karena bakteri ini hidup di dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas, tahan terhadap bile, dan dapat tumbuh pada suhu 45oC.
3)      Clostridium perfringens merupakan bakteri yang bersifat gram positif berbentuk batang dan membentuk spora. Bakteri ini tersebar luas di alam, yaitu di dalam tanah, debu, dan merupakan bagian dari mikroflora normal di dalam saluran usus manusia dan hewan. Bakteri ini bersifat aerobik, tetapi masih tahan hidup pada kondisi aerobik, meskipun pertumbuhannya lebih dirangsang pada kondisi anaerobik.
4)      Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup dalam saluran pencernaan baik manusia maupun hewan yang sehat. Nama bakteri ini diambil dari nama seorang bacteriologist yang berasal dari Germani yaitu Theoder Von Escherich, yang berhasil melakukan isolasi bakteri ini pertama kali pada tahun 1885. DR. Escherich juga berhasil membuktikan bahwa diare dan gastroenteritis yang terjadi pada infant adalah disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (Andriani, 2004).
b.      Escherichia coli Yang Berhubungan Dengan Penyakit Diare:
Berdasarkan Brooks (2005), Escherichia coli yang berhubungan dengan penyakit diare adalah :
1)      Enterophatogenic E. coli (EPEC) merupakan penyebab penting diare pada bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC awalnya dihubungkan dengan terjangkitnya diare di ruang perawatan di negara berkembang. EPEC melekat pada sel mucosa usus kecil. Faktor yang berhubungan dengan kromosom mendukung pelekatan yang erat. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare yang cair, yang biasanya susah diatasinamun tidak kronis. Diare EPEC berhubungan dengan berbagai serotype spesifik dari E. coli. Waktu diare EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik.
2)      Enterotoxigenic E.coli (ETEC) merupakan penyebab umum diare pada musafir dan merupakan penyebab yang sangat penting dari diare pada bayi di Negara berkembang. Cara untuk membantu mencegah diare ini adalah dengan memperhatikan pemilihan dan pengkonsumsian makanan yang potensial terkontaminasi ETEC. Antimicrobial prophylaxis dapat menjadi efektif tetapi dapat terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik pada bakteri dan mungkin tidak dianjurkan secara keseluruhan. Pemberian antibiotik yang efektif akan memperpendek jangka waktu penyakit.
3)      Enterohemorrhagic E.coli (EHEC) memproduksi verotoksin. EHEC banyak dihubungkan dengan hemorrhagic colitis, sebuah bentuk diare yang parah, dan dengan sindroma uremic hemolytic, sebuah penyakit akibat kegagalan ginjal akut, microangiopathi hemolytic anemia, dan thrombocytopenia. Hemorrhagic colitis dan komplikasinya dapat dicegah dengan cara memasak daging segar.
4)      Enteroinvasire E. coli (EIEC) menyebabkan penyakit yang mirip dengan shigellosis. Penyakit yang terjadi umumnya pada anak di Negara berkembang dan dalam perjalanan ke Negara tersebut. EIEC menyebabkan penyakit dengan menyerang sel epithelial mukosa usus.
5)      Enteroagregative E. coli (EAEC) menyebabkan diare yang akut dan kronis (dalam jangka waktu > 14 hari) pada orang di negara berkembang. Organisme ini juga menyebabkan penyakit karena makanan di negara industri. Mereka digolongkan berdasarkan bentuk dan perlekatan pada sel manusia. Patogenesis EAEC penyebab diare tidak begitu dipahami dengan baik, meskipun demikian dinyatakan bahwa EAEC melekat pada mukosa intestinal dan menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin. Akibatnya adalah kerusakan mukosa, pengeluaran sejumlah besar mucus, dan terjadinya diare.
c.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Eschericia coli Dalam Air
1)      Sumber air yang berbeda seperti air hujan, air laut, air permukaan dan air tanah mengandung mikroorganisme dalam jumlah dan jenis yang berbeda pula. Air permukaan yang tercemar oleh kotoran hewan dan manusia akan mengandung bakteri Eschericia coli.
2)      Suhu, Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba. Eschericia coli merupakan mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi (mikroba termofi). Kelompok ini mempunyai suhu minimum 400C, optimum pada suhu 55-600C dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya 750C    (Anonim, 2009).
3)      pH, Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Eschericia coli merupakan mikroba alkalifil yaitu kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5. (Anonim, 2009).
4)      Kerusakan atau kebocoran pipa, Adanya kerusakan atau kebocoran pipa dapat menyebabkan masuknya air tanah ke dalam sistem distribusi terutama bila tekanan airnya rendah dan lebih kecil dari tekanan air tanah. Dengan masuknya air tanah ke dalam sistem distribusi akan menyebabkan pencemaran baik secara kimiawi maupun pencemaran bakteriologis. (Said, 2002).
D.    Tinjauan Umum Tentang Metode EMBA
Media Eosin Methylene Blue Agar  adalah hasil modifikasi dari Levine M. (1918-1921) yang digunakan untuk diferensiasi Escherichia coli dan Enterobacteria aerogenes, untuk identifikasi cepat dari Candida albicans, dan untuk identifikasi Staphylococcus koagulase-positif. Media yang sudah jadi dirumuskan secara spesifik oleh APHA (American Public Health Association) (1970-1992). Media ini dibuat dan dirumuskan dengan tujuan untuk mendeteksi dan membedakan mikroorganisme dari kelompok bakteri coliform (Fitri, 2010).
Secara umum media EMB agar adalah media isolasi untuk membedakan  bakteri Enterobacteriaceae. EMB Agar adalah media yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri coliform di dalam suatu sample. Media Eosin Methylene Blue Agar ini mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk membedakan mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam.  Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Fungsi dari eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan warna.
Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal, kuman lain bisa juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp. Hal ini dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah Esherichia coli . Media ini berbentuk padat berguna untuk menjaga sel tidak berpindah tempat sehingga akan mudah dihitung dan dipisahkan jenisnya ketika tumbuh menjadi koloni. Media padat juga menampakkan difusi hasil metabolit bakteri sehingga memudahkan dalam pengujian suatu hasil metabolit (Anonim, 2008).



BAB III
METODE PERCOBAAN

A.      Alat
1.    Cawan petri                                                                    1    buah
2.    Pipet ukur 10 ml                                                             1    buah
3.    Bulp                                                                                1    buah
4.    Bunsen1                                                                         1    buah
5.    pematik api                                                                     1    buah
6.    Botol sampel                                                                  1    buah
7.    Inkubator                                                                        1    Unit
8.    Label                                                                              Secukupnya
9.    Autoklaf                                                                         1 Unit
B.       Bahan
1.    Sampel air Galon                                                            1    ml
2.    Alkohol 70%                                                                  secukupnya
3.    Eosin Methyline Blue Agar ( EMB agar)                        secukupnya
C.  Waktu dan Tempat Pemeriksaan Sampel
Waktu Pengambilan sampel pada tanggal 26 Agustus 2013 di Jalan Andi Tonro 5 Perumahan Pondok Indah blok A3 No.29, sedangkan pemeriksaan sampel air Galon pada tanggal 27 Agustus 2013 pukul 10.00 WITA di Laboratorium Terpadu Indonesia Timur Kesehatan Masyarakat UNHAS Makassar.
D.  Prosedur Kerja
1.    Cara Pengambilan Sampel
a.    Praktikan harus dalam keadaan steril (tangan dicuci dengan alkohol) sebelum mengambil sampel.
b.    Disterilkan kran/pompa (terutama mulut kran/pompa) dari kotoran dan debu dengan menggunakan lap/kain basah.
c.    Diputar kran/pompa secara maksimal, biarkan air mengalir selama 1–2 menit lalu tutup kembali.
d.   Diflambir kran air dengan cara membakar kertas alkohol selama 1 menit, dengan tujuan mensterilkan kran/pompa air.
e.    Diputar kembali kran/pompa dengan hati – hati, biarkan air mengalir selama 1–2 menit dengan aliran sedang.
f.     Dibuka penutup botol (tali, kertas coklat dan tutup botol) lalu segera taruh dibawah kran/pompa yang mengalir. Diusahakan jangan sampai ¾ bagian, agar mudah dikocok sebelum dianalisa.
g.    Ditutup kembali dengan penutup botol (tali, kertas coklat dan tutup botol) serta beri label (tanggal, tempat, waktu pengambilan dan kelompok)
2.    Cara Pemeriksaan Escherichia coli
a.    Disterilkan meja tempat dilakukan percobaan dengan menyemprotkan alkohol keatas meja kemudian dilap dengan menggunakan tissue.
b.    Praktikan harus dalam keadaan steril (tangan dicuci dengan alkohol) sebelum mengambil sampel
c.    Disiapkan cawan petri yang telah disterilkan sebelumnya.
d.   Dimasukkan air sampel sebanyak 1 ml kedalam cawan petri dengan menggunakan pipet ukur.
e.    Ditambahkan Eosin Methyline Blue Agar (EMB Agar) secukupnya kedalam cawan petri yang telah berisi air sampel Galon.
f.     Dihomogenkan dengan cara membentuk angka 8 dengan hati – hati diatas meja sebanyak 12 kali.
g.    Ditunggu sampai EMB agar membeku, kemudian dimasukkan kedalam Inkubator selama 1 x 24 jam  dengan suhu 340C dan hitung jumlah bakteri Esherichia coli  yang ada pada cawan petri.
h.    Diamati hasil percobaan











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Setelah praktikum pemeriksaan bakteri Escherichia coli. dilakukan maka hasil yang diperoleh yaitu didalam air sampel Galon terdapat kandungan Escherichia coli.
B.     Pembahasan
Dari hasil praktikum diatas dinyatakan bahwa terdapat bakteri Escherichia coli pada sampel air Galon yang telah diteliti. Hal ini dapat disebabkan karena sumber air galon berasal dari air pam atau air sumur yang galiannya dekat dengan septi tank. Penggunaan dispenser memang membuat penyajian air minum menjadi praktis sesuai dengan kebutuhan penyajian tetapi kebersihan dispenser umumnya kurang diperhatikan oleh konsumen. Penggunaan dispenser berulang-ulang tanpa pembersihan bagian dalam dispenser memungkinkan tumbuhnya mikroba.
Resiko pencemaran mikroba ini dapat terjadi baik pada keran bersuhu normal, dingin ataupun panas karena mikroba dapat tumbuh pada suhu dingin, panas. Dampak pencemaran mikroba dalam dispenser kemungkinan dapat menyebabkan gangguan pencernaan berupa diare yang biasanya terjadi pada orang orang yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, misalnya wisatawan Pencemaran Air Minum dapat terjadi di tingkat produsen, penjual ataupun konsumen. Air layak minum harus memenuhi syarat kimiawi maupun bakteriologis. Salah satu indicator untuk air layak minum adalah jumlah bakteri yang terkandung.
Air Minum Dalam Kemasan adalah air yang telah disterilkan dan layak dikonsumsi , dikemas dalam cup atau botol berbagai ukuran Disarankan untuk membersihkan / disinfeksi bagian dalam dispenser setiap penggantian Air Minum Dalam Kemasan Galon Disarankan untuk membuang / tidak dikonsumsi satu gelas pertama dari dispenser setelah penggantian air minum dalam kemasan galon.














BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hasil praktikum pemeriksaan bakteriologis air dengan menggunakan media agar EMBA pada sampel air Galon maka dapat disimpulkan bahwa terdapat bakteri Esherichia coli  dalam sampel yang diteliti.
B.     Saran
1.        Untuk Laboratorium
Sebagai Laboratorium terpadu kawasan Indonesia Timur fasilitas yang ada sudah sangat memadai akan tetapi ruangan yang disediakan sangatlah terbatas sehingga ruang gerak pratikan sangat tidak leluasa.
2.        Untuk Asisten Laboratorium
Agar menciptakan kondisi yang nyaman selama pratikum sehingga apa yang dipraktikkan dapat dipahami dan dimengerti dengan baik oleh praktikan.









DAFTAR PUSTAKA

Amsyari, F., 1996. Membangun Lingkungan Sehat: Menyambut 50 Tahun Indonesia Merdeka, Airlangga University Press, Surabaya. (Online) http://research-report.umm.ac.id/index.php/researchreport/article/viewFile/113/113_umm_research_report_fulltext.pdf . Diakses 29 Agustus 2013

Anonim, 2008. Bacterial Growth. (Online). http:// en.wikipedia.org/ wiki/ Bacterial_Growth. Diakses 29 Agustus 2013

Anonim, 2009. Purifying water with sunlight. (Online) www.abc.net.au/rn/science/ss/strories/s1505989.htm. Diakses 29 Agustus 2013

Anonim, 2013. Penuntun Parktikum Kesehatan Masyarakat Dasar Universitas Hasanuddin: Makassar

Brooks, GF. Butel, JS dan Morse, SA. (2005). Mikrobiologi Kedokteran. (Online) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31255/2/Reference.pdf . Diakses 29 Agustus 2013

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Fitri dkk, 2010. Makala Escherichia coli. Universitas Padjadjaran Fakultas Farmasi (Online) http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/ 2011/09/pustaka_unpad_Escherichia-coli.pdf . Diakses 29 Agustus 2013

Gabriel. J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Cetakan I. Jakarta : Hipokrates. (Online) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34999/2/Reference.pdf . Diakses 29 Agustus 2013

Maksum Radji, Heria Oktavia dan Herman Suryadi 2008 Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok (Online) http://www.google.com/url?q=http://journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/download/Diakses 29 Agustus 2013

Said M 2008. Pneumonia Buku Ajar Respirologi Anak. (Online) http://www.google.com/url?q=http://core.kmi.open.ac.uk/download/pdf Diakses 29 Agustus 2013


Slamet, 1994. Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang dibeberapa Depo Air Minum Isi Ulang di Daerah Lenteng Agung dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan (Online) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20807/4/Chapter%20II.pdf . Diakses 29 Agustus 2013

Slamet, J.S. 2002. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta. Gajah Mada University  Press. (Online) http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-emmybimaas-6999-5-15dafta-a.pdf . Diakses 29 Agustus 2013

Soemirat, Juli. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press,: 65-72. (Online) http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-07.pdf . Diakses 29 Agustus 2013





Tidak ada komentar:

Posting Komentar