BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan
berbagai masalah mulai dari masalah sosial dan ekonomi seperti masalah dalam
keluarga, lingkungan tetangga atau masyarakat, masalah
pengangguran, kemiskinan, kesehatan dan sebagainya. Selain itu juga masalah yang bersifat fisik yang
merupakan
lingkungan hidup manusia. Masalah-masalah yang berhubungan dengan lingkungan
fisik saat ini antara lain adalah pencemaran lingkungan dengan segala dampak
yang ditimbulkannya. pada saat ini pencemaran berlangsung dimana-mana dengan
laju yang begitu cepat yang tidak pernah terjadi
sebelumnya. Kecenderungan pencemaran akhir-akhir ini mengarahpada dua hal
yaitu: (1) ke arah pembuangan senyawa-senyawa kimia tertentu yangsemakin
meningkat, terutama pembakaran minyak bumi secara nyata saat ini sudahmerubah
sistem alamiah pada skala global, dan (2) ke arah meningkatnya penggunaan bahan berbahaya beracun
(B3) oleh berbagai kegiatan industri dengan pembuangan limbahnya ke lingkungan
(Rukaesih, 2004).
Air merupakan salah satu bahan kimia di alam
yang sangat penting dan sangat diperlukandalam kehidupan pada umumnya dan bagi
mahluk hidup khususnya. Air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari adalah air yang bersih dan sehat, yaitu air yangtidak mengandung
bakteri bibit penyakit, bahan-bahan kimia yang beracun.Pencemaran air akan
terjadi apabila kegiatan manusia telah mengubah kualitas air, baik sifat
fisis, sifat kimia, dan sifat biologis. Pencemaran air ini terjadi antara lain
karenaterbuangnya sampah atau hasil sampingan lainnya ke dalam laut, sungai
maupun danau, atau adanya bahan-bahan beracun yang
terdapat dalam tanah kemudian terbawa aliran air (Sudja, 2007).
Masalah penyediaan air bersih
menjadi salah satu prioritas dalam perbaikan derajat kesehatan masyarakat,
mengingat keberadaan air sangat vital bagi makhluk hidup. Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk
hidup yang memiliki standar kualitas air berbeda antara kebutuhan satu dan
lainnya tergantung pada jenis kegiatan atau keperluannya. Secara umum kualitas
air berhubungan dengan kadar bahan terlarut didalamnya. Besarnya kadar dari
bahan tersebut akan menentukan kelayakannya.
Seiring dengan meningkatnya kepadatan
penduduk dan pesatnya pembangunan, maka kebutuhan air bersih yang memenuhi
persyaratan kesehatan juga semakin meningkat.
Menurut Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Standar Kualitas
Air Bersih, yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak. Pada dasarnya air bersih harus memenuhi
syarat kualitas yang meliputi syarat biologi, fisika, kimia, mikrobiologis, dan
radioaktif.
Spesifik berbicara mengenai syarat
kimia air , hal tersebut menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi
air yang menyebabkan akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai
dengan proses biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti halnya besi (Fe), nitrat
(NO3), arsenik dan logam lainnya dapat menjadi gangguan pada tubuh.
Besi (Fe) adalah satu dari lebih
unsur-unsur penting dalam air permukaan dan air tanah. Besi (Fe) merupakan
salah satu mikroelemen yang dibutuhkan oleh tubuh, besi (Fe) banyak berperan
dalam proses metabolisme tubuh. Namun, kelebihan kadar besi (Fe) dalam tubuh
dapat mengakibatkan rusaknya organ-organ penting, seperti pankreas, otot
jantung dan ginjal. Air yang mengandung besi (Fe) sangat tidak diinginkan dalam
keperluan rumah tangga karena dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian,
porselin dan alat-alat lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air
minum (Soemirat, 2009).
Nitrat (NO3) adalah ion-ion anorganik alami yang merupakan bagian
dari siklus nitrogen. Nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di
dalam air bawah tanah maupun dipermukaan dan merupakan parameter kualitas air
minum yang berhubungan dengan kimia anorganik. Pengkonsumsian air sumur dengan
kadar nitrat tinggi, akan menimbulkan gangguan kesehatan seperti gondok,
methamoglobinemia, dan sebagainya dimana kadar maksimum nitrat yang
diperbolehkan pada air bersih maupun air minum hanya 10 mg/l (Syamsi, 2009).
Berdasarkan hal tersebut diatas maka
perlu diadakan pemeriksaan kadar bahan kimiawi (Besi dan Nitrat) yang larut dalam
air khususnya pada air galon gali yang menjadi salah satu sarana air bersih
yang ada dan masih digunakan masyarakat sekarang ini.
B.
Tujuan
percobaan
1.
Untuk mengetahui kadar
besi (Fe) pada air galon
2.
Mengetahui Kadar Nitrat (NO3) pada air danau
C.
Prinsip
percobaan
1.
Cuvet yang digunakan terlebih dahulu
dicuci dengan aquades kemudian dicuci
dengan air sampel.
2. Sampel dan reagent
dihomogenkan, masing-masing untuk pemeriksaan kadar besi dan kadar nitrat
dihomogenkan selama 3 menit dan nitrat selama 1 menit.
3. Sampel yang telah dihomogenkan harus
didiamkan selama 5 menit sebelum dimasukkan kedalam Spectrofotometer DR 2800.
4. Dinding cuvet pada sisinya diusapkan tissu atau kapas terlebih dahulu
sebelum dimasukkan ke dalam Spectrofotometer
DR 2800.
D.
Manfaan
percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah
agar mahasiswa dapat mengetahui kandungan besi (Fe) dalam air galon dan nitrat (N03) dalam air danau.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Air
Air adalah semua air yang terdapat
di atas dan di bawah permukaan tanah kecuali air laut dan air fosil. Sumber air adalah wadah air yang
terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau,
telaga, waduk dan muara (PP. No. 82 Tahun 2001).
Air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari – hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan
dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air permandian adalah air yang digunakan
pada tempat-tempat permandian bagi umum tidak termasuk untuk pengobatan
tradisional dank loam renang, yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan (Permenkes RI No. 416 Tahun 1990).
Air yang dibutuhkan manusia harus
memenuhi syarat kualitas. Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara
kuantitas (jumlahnya). Diperkirakan untuk kegiatan rumah tangga yang sederhana
paling tidak membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari.
Sumber air yang digunakan
sehari-hari harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. Air di bumi selalu
mengalami siklus hidrologi sehingga dikenal 4 (empat) sumber air di bumi yaitu
(Sutrisno, 2006).
1.
Air laut merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang
sangat luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Mempunyai sifat asin
karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut mencapai 3 %.
Dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.
2.
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah.
Air tanah merupakan sumber air tawar, mencakup 30 % dari total air tawar atau
10,5 juta km3. Air tanah terbentuk dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi
dan meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah dan akar tanaman, kemudian
bertahan pada lapisan tanah membentuk lapisan yang mengandung air tanah
(Akuifer). Akhir-akhir ini pemanfaatan air tanah meningkat dengan cepat, bahkan
di beberapa tempat tingkat eksploitasi sudah sampai pada tingkat membahayakan.
Air tanah biasanya diambil baik untuk sumber air minum dan air bersih maupun
untuk irigasi.
3.
Air Atmosfer, Dalam keadaan murni, air sangat bersih oleh karena adanya
pengotoran yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain
sebagainya maka air mengandung polutan. Selain itu air hujan mempunyai sifat
agresif terutama pada pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir. sehingga
akan mempercepat terjadinya korosi. Air hujan juga mempunya sifat lunak.
4.
Air Permukaan adalah air yang mengalir di
permukaan bumi. Terdiri dari air sungai dan air danau/rawa. Pada umumnya air
permukaan akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur,
batang-batang, kayu, daun-daun, kotoran industri dan sebagainya. Beberapa
pengotoran ini, masing-masing ar permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada
daerah pengaliran air permukaan. Jenis pengotorannya adalah merupakan fisik,
kimia dan bakteriologi.
B.
Tinjauan Umum Tentang Besi Dalam Air
Besi (Fe) adalah logam berwarna
putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala
termasuk logam golongan VIII, dengan berat atom 55,85g/mol, nomor atom 26,
berat jenis 7.86g/cm3 dan umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain
1, 4, 6). Besi (Fe) adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang
dijumpai dalam keadaan bebas, untuk mendapatkan unsur besi, campuran lain harus
dipisahkan melalui penguraian kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi
baja, yang bukan hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk alloy (Parulian, 2009).
Kandungan Fe di bumi sekitar 6.22 %,
di tanah sekitar 0.5 – 4.3%, di sungai sekitar 0.7 mg/L, di air tanah sekitar
0.1 – 10 mg/l, air laut sekitar 1 – 3 ppb, pada air minum tidak lebih dari 200 ppb. Pada air
permukaan biasanya kandungan zat besi relatif rendah yakni jarang melebihi 1
mg/l sedangkan konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dan 0,01 mg/l
sampai dengan 25 mg/l. Di alam
biasanya banyak terdapat di dalam bijih besi hematite, magnetite, taconite,
limonite, goethite, siderite dan pyrite (FeS), sedangkan di dalam air
umumnya dalam bentuk terlarut sebagai senyawa garam ferri (Fe3+) atau garam ferro (Fe2+)
tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 mm) atau lebih besar
seperti, Fe(OH)3 dan tergabung dengan zat organik atau zat padat
yang anorganik (seperti tanah liat dan partikel halus terdispersi). Senyawa ferro dalam air yang sering dijumpai
adalah FeO, FeSO4, FeSO4.7 H2O, FeCO3,
Fe(OH)2, FeCl2 sedangkan senyawa ferri yang sering
dijumpai yaitu FePO4, Fe2O3, FeCl3,
Fe(OH)3 (Perpamsi, 2002).
Pada air yang tidak mengandung
oksigen, seperti seringkali air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang
cukup dapat terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan terjadi
aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+ yang sulit larut
pada pH 6 sampai 8 (kelarutan hanya di bawah beberapa mg/L), bahkan dapat
menjadi ferihidroksida Fe(OH)3, atau salah satu jenis oksida yang
merupakan zat padat dan bisa mengendap (Alaerts,2000).
Berdasarkan persyaratan kualitas air
minum yang dibuat oleh Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990, kadar besi maksimum
yang diperbolehkan sebesar 1.0 mg/l. Besi dapat larut pada pH rendah dan dapat
menyebabkan air yang berwarna kekuningan, menimbulkan noda pada pakaian dan
tempat berkembang biaknya bakteri Creonothrinx
, oleh sebab itu kadar besi tidak boleh melebihi 1 mg/l, karena dapat
mempercepat pertumbuhan bakteri besi tersebut dan dapat menimbulkan rasa serta
bau (Sutapa, 2000).
Fe berada dalam tanah dan batuan
sebagai ferioksida (Fe2O3) dan ferihidroksida (Fe(OH3)).
Dalam air besi berbentuk ferobikarbonat (Fe(HCO3)),
ferohidroksida(Fe(OH)2), ferosulfat (FeSO3) dan organik
komplek. Air tanah megandung besi terlarut berbentuk ferro (Fe2+). Jika air tanah dipompakan keluar dan kontak
dengan udara (oksigen) maka besi (Fe2+) akan
teroksidasi menjadi ferihidroksida (Fe(OH)3). Ferihidroksida dapat
mengendap dan berwarna kuning kecoklatan (Sutapa, 2000).
Hal tersebut dapat menodai peralatan
porselen dan cucian. Bakteri Besi (Crenothrix
dan Gallionella) memanfaatkan besi ferro (Fe2+) sebagai sumber
energi untuk pertumbuhannya dan mengendapkan ferrihidroksida. Pertumbuhan
bakteri besi yang terlalu cepat (karena adanya besi ferro) menyebabkan diameter pipa berkurang dan lama kelamaan pipa
akan tersumbat. Air tanah yang mengandung (CO2) tinggi
dan (O2) yang terlarut sedikit, dapat mempercepat proses pelarutan
besi (dari bentuk tidak terlarut menjadi terlarut).
Sedangkan air tanah yang
alkalinitasnya tinggi, biasanya memiliki konsentrasi besi rendah, karena besi
teroksidasi dan mengendap pada pH tinggi. Air tanah yang mengandung besi dan
organik yang tinggi akan membentuk ikatan kompleks yang sulit mengendap dengan
aerasi. Kandungan besi yang tinggi merugikan, karena dapat menyebabkan air teh
menjadi hitam, sayuran yang direbus berwarna gelap, menimbulkan rasa
besi/logam, astringent atau obat, dan merugikan jika dipakai dalam produksi (Syahreza, 2006).
C.
Tinjauan Umum Tentang Nitrat Dalam
Air
Nitrat (NO3) adalah ion–ion anorganik alami yang
merupakan bagian dari siklus nitrogen. Di alam, nitrogen terdapat dalam bentuk
senyawa organik seperti urea, protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa
anorganik seperti amonia, nitrit dan nitrat. Nitrat dibentuk dari asam nitrit
yang berasal dari amonia melalui proses oksidasi katalitik. Nitrit juga
merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Nitrat dan nitrit adalah
komponen yang mengandung nitrogen berikatan dengan atom oksigen (Henni, 2009).
Kadar nitrat dalam mata air tergantung aktivitas sumber
pencemar di bagian hulu, aktivitas penggunaan air sumur itu sendiri, dan
tingkat pencucian serta aliran permukaan. Selain itu, kadar nitrat tersebut
juga tergantung potensial redok (Eh). Apabila nilai Eh turun (reduktif), nitrat
akan cepat hilang menjadi gas N2O dan atau N2 melalui
proses denitrifikasi. Pada kondisi reduktif, N-amonium lebih dominan dari pada
N-nitrat, namun sebaliknya dalam kondisi oksidatif N-amonium bisa berubah
menjadi N-nitrat melalui proses nitrifikasi. Dengan demikian maka pencucian N
dalam sistem yang reduktif akan menghasilkan NH4+,
sedangkan dalam sistem yang oksidatif akan menghasilkan NO3-.
Nitrat (NO3-) merupakan anion yang
penting. Nitrat dengan konsentrasi tinggi merupakan indikasi adanya sumber polutan dalam air
tanah. Kandungan nitrat umumnya kurang dari 10 mg/l untuk air tanah dengan
komposisi biasa (Todd, 1980). Tingginya konsentrasi nitrat (NO3-)
dalam air tanah dapat di sebabkan karena adanya aktivitas mikroba nitrat. Kadar
nitrat lebih dari 5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang
berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Air hujan memiliki kadar nitrat
sekitar 0,2 mg/l. Pada perairan yang menerima limpasan air dari daerah
pertanian yang banyak mengandung pupuk, kadar nitrat dapat mencapai 1.000 mg/l
(Yuningsih, 2007).
Sumber pencemaran nitrat dalam air umumnya berasal dari
limbah industri, septic tank, limbah
hewan (misalnya burung dan ikan), dan limbah dari angkutan air (perahu, kapal,
dan lain-lain). Selain itu limbah dari lahan-lahan pertanian akibat aktivitas
pemupukan, penggunaan pestisida, dan lain-lain memberikan kontribusi yang
sangat besar terhadap polusi nitrat dalam air permukaan dan air tanah (Yuningsih,
2007).
D.
Tinjauan Metode Atomic Absorbiton Spectrofotometer (AAS)
Atomic
absorption spectrophotometer (AAS) merupakan salah satu teknik analisis
untuk mengukur jumlah unsur berdasarkan jumlah energi cahaya yang diserap oleh
unsur tersebut dari sumber cahaya yang dipancarkan (Arifin, 2008). atomic absorption spectrophotometer
merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengukur kandungan logam dan
metalloid. Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah.
Instrumen ini dapat mendeteksi hingga satuan ppm. Khusus untuk logam-logam yang
mudah menguap (mempunyai titik didih yang lebih rendah) sulit dianalisa dengan
AAS (Cahyady, 2009).
Prinsip
kerja alat ini berdasarkan penguapan larutan sampel, kemudian logam yang
terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi
radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (hallow cathode
lamp) yang mengandung unsur yang akan dianalisis. Banyaknya penyerapan radiasi
kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu (Arifin, 2008).
Komponen-komponen
penting yang terdapat pada AAS adalah sumber radiasi
untuk memancarkan spektrum atom dari unsur yang ditentukan, nyala untuk
mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya,
sistem pembakar-pengabut yang mengubah larutan uji menjadi atom-atom dalam
bentuk gas, monokromator berfungsi memisahkan garis resonansi dari semua
garis yang tak diserap yang dipancarkan oleh sumber radiasi, detektor untuk
mengubah intensitas radiasi yang dating menjadi arus listrik, dan read out merupakan sistem pencatat hasil
(Cahyady, 2009).
Gangguan
pada AAS secara luas dikelompokkan menjadi gangguan spektral dan gangguan
kimia. Gangguan spektral disebabkan terjadinya tumpang tindih absorbsi antara
apesies pengganggu dengan yang diukur. Adanya hasil pembakaran pada nyala dapat
menyebabkan gangguan spektral. Gangguan kimia dapat berupa pembentukan senyawa
volatilitas rendah, dan kesetimbangan disosiasi ionik dalam nyala. Biasanya
anion membentuk senyawa dengan volatilitas rendah dan menurunkan laju
atomisasi. Pembentukan senyawa yang stabil menyebabkan tidak sempurnanya
disosiasi zat yang akan dianalisa. Gangguan tersebut dapat dieliminasi dengan
meningkatkan temperatur nyala, pemakaian reagensia pelepas, dan ekstraksi
analit unsur-unsur pengganggu (Cahyady, 2009).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
A.
Alat
1. Spechtrophotometer
DR 2800 1
unit
2. Cuvet 2 Buah
3. Pipet
Ukur 1 Buah
4. Bulp 1 Buah
5. Rak
Tabung Reaksi 1 Buah
6. Vortex Mixer 1 Unit
7. Gelas
Ukur 1 Buah
B.
Bahan
1.
Sampel Air danau 300 ml
2.
Sampel Air Galon 300 ml
3.
Nitro Ver 5
Nitrate Reagent Powder Pillow 1 bungkus
4.
Ferro Ver
Iron (Reagent Powder Pillow) 1 bungkus
5.
Aquades secukupnya
6.
Tissue secukupnya
7.
Kertas label secukupnya
C.
Waktu
dan Tempat Pemeriksaan Sampel
Waktu Pengambilan sampel pada tanggal 26 Agustus 2013
di Jalan Andi Tonro 5 Perumahan Pondok Indah blok A3 No.29, sedangkan
pemeriksaan sampel air Galon pada tanggal 27 Agustus 2013 pukul 14.00 WITA di Laboratorium Terpadu Indonesia Timur Kesehatan Masyarakat UNHAS
Makassar.
D.
Prosedur
kerja
1. Cara
Pengambilan Sampel
a.
Disiapkan botol sampel.
b.
Sebelum air sampel dimasukkan, botol dicuci dengan air
sampel tersebut untuk menghindari adanya partikel didalam botol.
c.
Air sampel diambil dengan menggunakan timba pada kedalaman
20 cm dari permukaan air, lalu dimasukkan kedalam botol sampel.
2. Pemeriksaan
Sampel
a.
Pemeriksaan Kadar Besi (Fe)
1)
Siapkan cuvet
sebanyak 2 buah untuk sampel air dan blanko.
2)
Masing-masing cuvet
dibilas dengan aquades kemudian dibilas kembali dengan air sampel. Cuvet yang telah dibilas,
masing-masing diisi dengan sampel air
galon. Tujuan cuvet tersebut dibilas
kembali dengan air sampel adalah untuk menghomogenkan. Untuk cuvet sampel air, diisi sebanyak 10 ml
sedangkan untuk cuvet blanko diisi
sampai penuh (tidak ada ruang udara).
3)
Selanjutnya, ditambahkan 1 bungkus Ferro Ver Iron (Reagent Powder Pillow) pada Cuvet sampel. Kemudian, botol cuvet
dihomogenkan menggunakan vortex mixer
selama 3 menit. Tujuan botol cuvet tersebut
dihomogenkan selama 3 menit karena besi (Fe) susah larut dalam air. Kemudian didiamkan selama 5
menit.
4)
Kemudian Spectrofotometer DR 2800 dinyalakan. Pilih menu Stored
Program -metode pemeriksaan 265 Iron
Ferro Ver.
5)
Selanjutnya, cuvet blanko
dimasukkan kedalam spectrophotometer DR 2800. Untuk men-zerokan dan akan muncul angka nol.
Tujuan adanya sampel blanko tersebut untuk mengetahui ada tidaknya senyawa lain
didalamnya.
6)
Cuvet yang berisi sampel blanko
dikeluarkan dan dimasukkan cuvet yang
berisi sampel air sebanyak 10 ml. Selanjutnya, tekan tombol read dan alat akan membaca hasilnya.
7)
Selanjutnya, tunggu beberapa menit sampai hasil pemeriksaan
muncul pada spectrophtometer DR 2800. Kemudian, catat hasilnya.
b.
Pemeriksaan Kadar Nitrat (NO3)
1) Siapkan cuvet sebanyak 2 buah untuk sampel air dan blanko.
2) Masing-masing cuvet dibilas dengan aquades
kemudian dibilas kembali dengan air sampel. Cuvet yang telah dibilas, masing-masing diisi dengan sampel air danau. Untuk cuvet sampel air, diisi sebanyak 10 ml
sedangkan untuk cuvet blanko diisi
sampai penuh (tidak ada ruang udara).
3) Ditambahkan 1 bungkus Nitro Ver 5 Nitrate Reagent Powder Pillow kedalam
cuvet sampel.
4) Kemudian dihomogenkan menggunakan vortex mixer selama 1 menit. Setelah
dihomogenkan, sampel didiamkan selama 5 menit selanjutnya Spectrophotometer DR 2800 dinyalakan. Kemudian, dipilih
program Nitrat 353, selanjutnya tombol start ditekan.
5) Cuvet yang berisi sampel blanko dimasukkan kedalam spectrophotometer DR 2800. Untuk men-zerokan
dan akan muncul angka nol.
6) Cuvet blanko dikeluarkan dan dimasukkan cuvet yang berisi sampel sebanyak 10 ml. Selanjutnya, tekan tombol “Read” dan alat akan membaca hasilnya.
7) Selanjutnya, tunggu beberapa menit
sampai hasil pemeriksaan muncul pada spectrofotometer
DR 2800. Kemudian, catat hasilnya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan di Laboratorium Terpadu FKM UNHAS, hasil
pengamatan kadar Besi (Fe) dan kadar
Nitrat (NO3) yang
terdapat pada sampel air galon dan danau
Tabel 1
Hasil
Pengukuran Kadar Besi (Fe) dan Nitrat NO3
Pada Air Galon dan air Danau
No
|
Pemeriksaan
|
Hasil Pemeriksaan
|
1
|
Besi (Fe) pada air Galon
|
0,02 mg/l
|
2
|
Nitrat (NO3) pada air Danau
|
0,4 mg/l
|
( Sumber, Data Primer 2013)
B. Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan kadar besi (Fe) dan nitrat (NO3) pada air Galon Jalan
Andi Tonro 5 Perumahan Pondok Indah blok A3 No.29 dengan menggunakan Spectrophotometer DR 2800
didapatkan bahwa kadar besi (Fe) pada sampel air
galon adalah 0,02 mg/l dan kadar nitrat (NO3)
sebesar 0,4 mg/l. Sedangkan pada cuvet
blanko pada pemeriksaan menggunakan Spectrophotometer DR 2800,
didapatkan hasil 0,0 mg/l. Hal tersebut menandakan bahwa pada cuvet blanko tidak mengandung senyawa
lain di dalamnya. Selain itu, untuk memastikan bahwa tidak terjadinya
kontaminan pada cuvet blanko maka
pada saat percobaan, cuvet
dibersihkan dengan tissu.
Berdasarkan
hasil pemeriksaan diatas, kadar besi (Fe) dan nitrat (NO3) pada air sumur gali tersebut, masih berada pada kategori rendah
atau dibawah standar baku mutu kandungan besi dan nitrat pada air bersih yang
ditetapkan Permenkes No.416/ MENKES/ PER/ IX/1990 yaitu kadar maksimum untuk
besi (Fe) adalah 1,0 mg/l dan nitrat (NO3)
adalah 10 mg/l. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar besi (Fe) maupun nitrat (NO3)
yang ada
pada air galon di BTN Bukit Antang Indah masih memenuhi syarat.
Perlu
diketahui bahwa Nitrat (NO3) merupakan anion yang penting. Nitrat
dengan konsentrasi tinggi merupakan
indikasi adanya sumber polutan dalam air tanah. Dari hasil pemeriksaan
yang didapatkan bahwa kadar nitrat (NO3) pada air galon adalah 0,3
mg/l yang berarti bahwa air galon belum tercemar oleh polutan.
Pada
pemeriksaan kadar besi didapatkan hasil 0,12 mg/l, air memberikan
indikasi bahwa air galon tersebut mengandung besi terlarut berbentuk ferro meskipun masih berada pada kadar
yang diperbolehkan. Akan tetapi, jika berada pada kadar yang melebihi standar
maka air sumur yang dipompakan keluar dan kontak dengan udara (oksigen) maka besi (akan teroksidasi
menjadi ferihidroksida (Fe(OH)3). Ferihidroksida dapat mengendap dan
berwarna kuning kecoklatan. Hal tersebut dapat menodai peralatan porselen dan
cucian. Dan mempercepat pertumbuhan bakteri besi (karena adanya besi ferro) menyebabkan diameter pipa
berkurang dan lama kelamaan pipa akan tersumbat.
Dampak kesehatan yang ditimbulkan apabila senyawa nitrat dengan jumlah
yang besar dalam air adalah menyebabkan methaemoglobinameia, yakni kondisi
dimana hemoglobin di dalam darah berubah menjadi methaemoglobin sehingga darah
kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan pengaruh yang fatal terutama pada
ibu yang hamil maka akan melahirkan bayi dengan penyakit Baby Blue serta
mengakibatkan kematian pada bayi sedangkan efek jangka panjang adalah sesak
napas.
Begitupun dengan kadar besi berlebih pada air dapat menyebabkan dampak
kesehatan. Berdasarkan Keputusan mentri kesehatan RI nomor
492/MenKes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum yakni kandungan
maksimum besi yang diperbolehkan hanya 1,0 mg/liter. Sementara sebagian daerah
di Indonesia ada yang melebihi 1,0 mg/liter, ini artinya air tersebut dapat
membahayakan bagi kesehatan. Dampak yang ditimbulkan dari konsumsi besi yang
berlebihan tidaklah seketika, tetapi dapat dirasakan sekian tahun ke depan.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa, kadar besi di dalam air yang melebihi
ambang batas disinyalir dapat menyebabkan terjadinya penyakit ginjal, serta
dapat mengendap di dalam hati, sehingga hati menjadi keras.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan kadar besi (Fe) dan nitrat (NO3) pada air Galon Jalan Andi Tonro 5 Perumahan Pondok
Indah blok A3 No.29, diperoleh hasil
sebagai berikut:
1.
Hasil pemeriksaan kadar besi (Fe) pada sampel air galon adalah 0,02 mg/l. Hal ini menunjukkan
bahwa kadar besi (Fe) pada air
galon Jalan Andi Tonro 5 Perumahan Pondok Indah blok A3 No.29 Indah masih memenuhi syarat atau diperbolehkan sesuai Permenkes No.
416/MENKES/PER/IX/1990 bahwa kadar
besi maksimum adalah 1,0 mg/l.
2.
Hasil pemeriksaan kadar nitrat (NO3) pada sampel air danau adalah 0,4 mg/l. Hal ini
menunjukkan bahwa air danau tidak
mengandung nitrat (NO3).
B.
Saran
1.
Untuk Laboratorium: Sebagai Laboratorium
terpadu kawasan Indonesia Timur fasilitas yang ada sudah sangat memadai akan
tetapi ruangan yang disediakan sangatlah terbatas sehingga ruang gerak pratikan
sangat tidak leluasa.
2.
Untuk Asisten
Laboratorium: Agar
menciptakan kondisi yang nyaman selama pratikum sehingga apa yang dipraktikkan
dapat dipahami dan dimengerti dengan baik oleh praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Andi Yogyakarta :
Yogyakarta. (Online) http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-pitaedikri-6253-4-daftarp-a.pdf Diakses tanggal 29
Agustus 2013.
Arifin, 2008. Logam
Besi. Diakses tanggal 12 April 2011. (Online) http://www.mailarchive.com/palanta@minang.rantaunet.org/msg15305.html.
Diakses
tanggal 29 Agustus 2013.
Cahyady, 2009. Kenali Logam dalam Tubuh Anda. (Online) http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/311-logam-dalam-tubuh.html. Diakses tanggal 29
Agustus 2013.
Departemen Kesehatan RI. 1990. Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.416/MenKes/Per/IX/1990.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Henni. 2009. Lingkungan Hidup dan Pencemaran
: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit Universitas
Indonesia : Jakarta. (Online)http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33124/2/Reference.pdf Diakses tanggal
29 Agustus 2013.
PERMENKES
NO.416/MENKES/PER/IX/1990, Tentang
Standar Kualitas Air Bersih, Diakses tanggal 29
Agustus 2013.
Sutrisno, Totok, dkk, 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih.
Jakarta Palurian. 2009. Fotokatalis pada permukaan TiO2. www. Google.com
(Online) http://kimiadotcom.wordpress.com/2008/08/22/ammonium-nitrat/try.org/ Diakses tanggal 29
Agustus 2013.
Syamsi, 2009. Kandungan Nitrat/ NO3 dan Nitrit/NO2 Pada Perairan Tawar. (Online) (http://illonkjie.blogspot.com/2010/04/kandungan-Nitrat-no3-dan-Nitritno2-pada. Diakses tanggal 29
Agustus 2013.
Yuningsih, 2007, “Keracunan
Nitrat-Nitrit Pada Ternak Ruminansia Dan Upaya Pencegahannya”, Balai Besar Penelitian Veteriner, Jalan R.E.
Martadinata No.30, Bogor. (Online) http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-10924-Bibliography.pdf Diakses tanggal 29
Agustus 2013.